Apa
yang Kau Dapatkan
dari Membantu?
Kriiing….
Hani
terbangun mendengar alarm
berbentuk panda miliknya
berbunyi. Waktu menunjukkan
pukul delapan pagi,
Hani pun segera
mematikan alarm itu.
Meskipun masih mengantuk,
ia memaksakan diri
untuk turun dari
tempat tidurnya yang
nyaman dan berjalan
meuju dapur di lantai
satu.
“Pagi, Ma!”
sapa Hani kepada
mama.
“Pagi, Sayang!”
balas mama sambil
menyiapkan sarapan.
“Libur kenaikan
kelas sudah berlalu
dua minggu, tapi
aku belum melakukan
hal apapun. Huuuh,
sungguh membosankan!” keluh
Hani.
“Hani
sudah mau duduk
di kelas enam
SD, tapi kok masih
suka mengeluh?” tanya
mama dengan lembut.
“Bukan begitu,
Ma. Hani cuma
sedikit kesal saja.
Kalau sudah masuk
sekolah nanti, teman-teman
yang lain pasti
akan bercerita mengenai
pengalaman mereka selama
liburan. Entah ada
yang pergi ke
luar kota atau
bahkan ke luar
negeri! Sedangkan Hani
hanya berdiam diri
di rumah. Papa
selalu sibuk bekerja,
jadi pasti keluarga
kita akan sulit
untuk berlibur.”
Mama
hanya bisa tersenyum
dan mengajak Hani untuk
sarapan bersama. Mama
tahu hati Hani
pasti sangat sedih
karena memang pada
libur kenaikan kelas
kali ini, papa
sedang menerima banyak
tugas dalam pekerjannya. Jadi, keluarga
Hani tak mungkin
ada waktu untuk
berlibur pada liburan
kali ini.
Sambil menyantap
sarapan bersama, mama
mengajak Hani untuk
berbincang-bincang bersama mengenai
kejadian-kejadian yang dialami
oleh Hani selama
di sekolah. Tiba-tiba, mama
terpikir suatu ide
cemerlang!
“Hani, setelah
kamu selesai sarapan,
ikut mama berbelanja,
yuk!”
“Berbelanja?! Horeeee!
Siap, Ma!”
Hani
segera menyelesaikan sarapannya
dan menuju kamar
untuk bersiap-siap. Sebelumnya
wajah Hani nampak
sedih, tapi kini
wajahnya menjadi ceria
setelah mama mengajaknya
untuk berbelanja bersama.
“Mama
pasti akan mengajakku
berbelanja di mall besar.
Asyik! Aku harus
pakai baju bagus,
nih!”
ucap Hani di
dalam hati.
Ia
memakai baju kesayangannya, yaitu
baju terusan berwarna
merah muda berpola
kupu-kupu. Setelah siap,
mama dan Hani
pergi berbelanja bersama.
Supir
pribadi keluarga Hani,
Pak Gusdi, kebetulan tidak
bisa bekerja pada
hari itu karena
sedang sakit. Jadi,
mama dan Hani
pergi ke tempat
berbelanja menggunakan angkot.
Hani memang sudah
beberapa kali menggunakan
angkot, tapi ia
tetap tak suka
dengan suasana di
angkot. Jangankan AC,
terkadang duduk saja
harus berdempetan hingga mau
jatuh! Namun, Hani
hanya bisa menunggu
dengan sabar hingga
sampai ke tempat
tujuan.
Akhirnya, mereka
tiba di tempat
tujuan. Betapa terkejutnya
Hani setelah melihat
daerah sekitar. Memang
ada banyak orang,
tetapi tak memakai
baju mewah seperti
yang ia pakai.
Orang tua dan
anak kecil memikul
barang-barang yang nampaknya
sangat berat. Bukan
mobil-mobil mewah yang
terparkir, melainkan mobil-mobil
tua dan besar
yang membawa banyak
barang. Para penjual
yang berteriak dengan
lantang untuk memperkenalkan barang
jualan mereka membuat
suasana di sana
sangat berisik. Bangunan-bangunan pun
nampak sudah tua
dan rapuh. Hani
hanya bisa terdiam
kaget.
“Hani, inilah
pasar tradisional. Kamu
belum pernah ke
sini bukan? Jadi
Mama sengaja mengajakmu
ke sini kali
ini.”
Mama
menggandeng tangan Hani.
Mereka pun berjalan
bersama untuk membeli
barang-barang yang diperlukan.
Sambil berjalan, Hani
melihat-lihat keadaan sekitar.
“Kenapa keadaan
di sini sungguh
berbeda dengan apa
yang selama ini kulihat? Setiap
orang nampak berusaha
keras, sedangkan aku
bisa tidur dengan
nyaman. Bagaimana mungkin
orang-orang ini bisa
bertahan di tempat
yang seperti ini?”
tanya Hani kebingungan
di dalam hati.
Tiga
puluh menit sudah
berlalu. Mereka sudah
membeli banyak barang.
Ada daging ayam,
sayur kangkung, tomat,
cabai, dan bumbu
masak. Namun, masih
ada satu bahan
masak kesukaan Hani
yang belum dibeli.
Tempe! Kali ini
mama mengajak Hani
untuk masuk ke
bagian pasar yang
lebih dalam untuk membeli
tempe.
“Jalannya pelan-pelan
saja, Hani. Jalanan
di sini lebih
kotor, jadi harus
hati-hati, ya," mama
memperingatkan Hani.
Betul
saja apa yang
diucapkan mama. Kaki
Hani sudah mulai
kotor, padahal baru
jalan beberapa langkah.
Akhirnya, tempe kesukaan
Hani sudah dibeli!
Mereka pun kembali
ke luar pasar
untuk pulang. Namun,
tiba-tiba Hani mendengar
suara teriakkan seseorang
yang tak asing
baginya.
“Sayur-sayur! Mari
dibeli sayurnya!”
“Lho, bukannya
ini suara Lisa?”
tanya Hani dalam
hati.
Hati
Hani dipenuhi oleh
rasa penasaran dan
bergegas mencari orang
yang memiliki suara
itu. Ia berlari
sambil menggenggam erat
barang-barang belanjaannya dan
tak memedulikan lagi
kaki serta bajunya
yang bertambah kotor.
Akhirnya, Hani
menemukan orang yang
dimaksud. Betul, orang
itu adalah Lisa!
Teman akrab Hani
di sekolah!
“Lisa! Kenapa
Kamu ada di
sini?” tanya Hani
dengan napas terengah-engah.
“Lho, Hani?!
Aku sedang membantu
Ibuku berjualan sayur
di sini. Kamu
kenapa ada di
sini? Kenapa bajumu
kotor sekali?” tanya
Lisa dengan kaget.
“Tadi
aku sedikit berlari,
ahahaha. Aku sedang
menemani Mama berbelanja.
Lihat! Banyak sekali
bukan belanjaannya?”
Lisa
mengajak Hani berbincang-bincang sebentar.
Hani pun mengingat-ingat kembali
mengenai Lisa. Memang
betul, Lisa pernah
bercerita tentang dirinya
yang harus membantu
ibunya berjualan.
Setiap pulang
sekolah, Lisa harus
membantu ibunya berjualan.
Ayahnya sudah meninggal
dunia akibat kecelakaan saat bekerja.
Jadi, Lisa berinisiatif
untuk membantu ibunya
berjualan karena tak
tega harus melihat
ibunya bekerja sendirian
untuk menghidupinya dan
ketiga orang adiknya.
Namun, tak
pernah terpikirkan oleh
Hani bahwa Lisa
harus membantu ibunya
di tempat yang
tak nyaman seperti
itu. Di saat
teman-teman yang lain
sedang asyik berlibur,
Lisa harus tetap
membantu ibunya. Meskipun
demikian, Lisa tetap
bisa membantu ibunya
dengan tersenyum dan
bersemangat. Di pikiran
Hani hanya ada
tiga kata. ‘Lisa
sungguh hebat!’
Tak
lama kemudian, mama
menemukan Hani sedang
asyik berbincang-bincang dengan
Lisa. Mama terpisah
saat Hani tiba-tiba
saja berlari entah
ke mana. Hani
melihat sayur-sayur jualan
Lisa belum habis
terjual dan terpikir
suatu ide cemerlang!
“Ma,
kita beli sayur
lagi, yuk! Sayur
buncis dan brokoli!”
“Tapi
kita baru beli
sayur kangkung bukan?”
“Nanti Hani
yang habiskan, Ma.
Beli lagi ya,
Ma! Sayur yang
dijual Lisa pasti
lebih sedap!”
Mama
mengerti niat baik
Hani. Mama membeli
beberapa macam sayur
lagi yang dijual
oleh Lisa. Setelah
asyik berbelanja, mama
dan Hani berpamitan
dengan Lisa. Mereka
pun pulang ke
rumah.
Mengingat semangat
Lisa, Hani mencoba
untuk membantu mama
memasak makan siang.
Meskipun sulit, tapi
ada banyak hal
yang bisa Hani
pelajari. Apalagi mama
mengajari Hani dengan
sangat sabar. Hani
merasa sangat senang
bisa membantu mama.
Setelah selesai, mereka
pun makan siang
bersama.
“Hmmm, sayur yang
dibeli dari Lisa
sungguh sedap, Ma!”
“Tentu saja,
Hani. Apalagi Hani
sendiri yang membeli
dan memasakanya.”
“Lain
kali, kita belanja
di pasar tradisional
itu saja ya,
Ma.”
“Wah
wah wah, ada
apa, nih?” tanya
mama penasaran.
“Supaya Hani
bisa beli sayur
lagi dari Lisa,
Ma! Hehehe..”
Makan
siang kali ini
sungguh terasa nikmat.
Kalau dibandingkan dengan
masakan restoran, Hani
merasa makan siang
kali ini jauh
terasa lebih nikmat.
Hari
ini, Hani belajar
satu hal dari
Lisa, yaitu membantu
papa dan mama
akan membuat hati
sendiri menjadi bahagia!
Kelak, Hani juga
ingin bisa membantu
orang lain. Hani
sangat senang bisa
memiliki papa dan
mama yang menyayanginya
serta memiliki teman
yang pengertian seperti
Lisa. Liburan kali
ini sungguh terasa
menyenangkan!